Jurnal Refleksi 1.4: Membangun Budaya Positif dalam Pendidikan
Pendahuluan:
Dalam modul ini, kita mendalami cara membangun budaya positif dalam pendidikan melalui beberapa elemen penting seperti disiplin positif, keyakinan kelas, posisi kontrol guru, dan penerapan segitiga restitusi. Budaya positif adalah kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan siswa. Dalam jurnal refleksi ini, saya akan merenungkan pemahaman saya tentang konsep-konsep ini dan bagaimana konsep tersebut dapat diterapkan dalam praktik pendidikan.
Peristiwa:
Dalam modul ini, saya mempelajari tentang
pentingnya membangun budaya positif dalam lingkungan kelas. Disiplin positif,
keyakinan kelas, posisi kontrol guru, dan penerapan segitiga restitusi adalah
elemen-elemen kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif. Dalam
refleksi ini, saya akan merenungkan bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi
dalam menyelesaikan masalah siswa.
Perasaan:
Saya merasa lebih sadar akan dampak
lingkungan kelas yang positif pada perasaan dan motivasi siswa. Disiplin
positif tidak hanya mencakup sanksi, tetapi juga penguatan positif dan
pengajaran aturan dan etika. Keyakinan kelas menciptakan atmosfer di mana siswa
merasa dihargai dan diterima. Posisi kontrol guru harus berimbang sehingga
siswa merasa memiliki tanggung jawab dalam pembelajaran mereka. Penerapan
segitiga restitusi mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan
mereka dan memperbaiki kesalahan.
Pembelajaran:
Saya memahami bahwa disiplin positif adalah pendekatan yang lebih efektif daripada hukuman yang keras dalam mengelola perilaku siswa. Keyakinan kelas menciptakan iklim belajar yang positif, di mana siswa merasa nyaman berpartisipasi dan berbicara. Posisi kontrol guru yang seimbang memungkinkan siswa merasa memiliki kontrol atas pembelajaran mereka, yang meningkatkan motivasi. Segitiga restitusi memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari kesalahan mereka dan memperbaiki hubungan dengan rekan-rekan mereka.
Disiplin
Positif:
Disiplin positif adalah pendekatan yang lebih mendalam dalam mengatasi perilaku siswa. Saya mengerti bahwa bukan hanya tentang memberikan sanksi, tetapi juga tentang mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka. Disiplin positif menciptakan lingkungan yang menghargai komunikasi, kolaborasi, dan pertumbuhan pribadi.
Keyakinan
Kelas:
Keyakinan kelas adalah percaya bahwa semua siswa mampu belajar dan berkembang. Ini adalah fondasi budaya positif dalam kelas. Keyakinan ini memotivasi guru untuk menciptakan tantangan yang sesuai untuk setiap siswa dan memberikan dukungan yang dibutuhkan agar mereka berhasil menjadi apa yang diyakini dalam pelaksanaan segala kebaikan.
Posisi
Kontrol Guru:
Pemahaman bahwa guru adalah fasilitator dan pemimpin dalam kelas adalah penting. Guru harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Ini menciptakan rasa kepemilikan yang positif terhadap pembelajaran. Begitu pula dalam menyelesaikan masalah guru dapat memposisikan dirinya menjadi manager, namun jika masih belum dirasa cukup kuat maka jadilah teman bagi siswa
Penerapan
Segitiga Restitusi:
Segitiga restitusi adalah pendekatan yang membantu siswa belajar dari kesalahan mereka dan memahami dampak dari tindakan mereka. Saya mengerti bahwa ini bukan hanya tentang hukuman, tetapi tentang pembelajaran yang konstruktif. Segitiga restitusi melibatkan siswa, guru, dan komunitas dalam menyelesaikan masalah dan konflik, mulai dari menstabilkan identitas, Validasi tindakan yang slah dan menanyakan keyakinan
Pengalaman
Pribadi:
Setelah belajar tentang elemen-elemen ini, saya mulai melihat bagaimana
modul ini telah memengaruhi pengalaman belajar saya sendiri. Saya dapat
mengingat situasi ketika guru memiliki keyakinan terhadap kemampuan saya, dan
itu memotivasi saya untuk mencapai hasil yang lebih baik. Saya juga merasakan
perbedaan ketika pendekatan disiplin positif digunakan daripada hanya
memberikan hukuman.
Tantangan dan Kesempatan: Tentu saja, mengimplementasikan elemen-elemen ini dalam praktik pendidikan mungkin menghadapi tantangan, terutama ketika ada tuntutan kurikulum yang ketat atau tantangan perilaku siswa. Namun, ada peluang besar untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan memberikan dampak yang berkelanjutan pada perkembangan siswa.
Penerapan:
Dalam praktik pengajaran saya, saya berencana untuk mengadopsi prinsip-prinsip ini. Saya akan berusaha menerapkan disiplin positif dengan lebih banyak penguatan positif dan komunikasi yang jelas tentang aturan kelas. Saya akan menciptakan keyakinan kelas dengan mendengarkan siswa, mendukung keterlibatan mereka, dan menghargai perbedaan. Saya juga akan menjaga keseimbangan dalam posisi kontrol guru, memberikan siswa kesempatan untuk mengambil inisiatif dalam pembelajaran mereka. Penerapan segitiga restitusi akan menjadi bagian dari pendekatan saya dalam menangani masalah siswa.
Kesimpulan:
Membangun budaya positif dalam pendidikan
adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Saya berharap untuk mengintegrasikan elemen-elemen seperti
disiplin positif, keyakinan kelas, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi
dalam praktik pengajaran saya di masa depan. Ini adalah langkah penting menuju
pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan positif.